"Tuhan aku bukanlah perempuan yang baik, tetapi bila ada satu-dua kebaikan yang pernah aku kerjakan, dan jika itu memang pantas diberi pahala, ambillah pahalaku ! Jika boleh, aku ingin menukarnya dengan kebahagiaan lain untuk kedua orang tuaku, keluargaku, dan orang-orang yang selama ini menyayangi maupun membenciku. Sayangilah mereka, bahagiakanlah mereka. Tak perlu lagi Kau memberiku apapun dan aku memang tak ingin meminta apapun untuk hidupku sendiri. Cukuplah bagiku mencintai-Mu tanpa keinginan-keinginan yang merantai ketulusanku dalam mencintai-Mu. Sisanya, bila Kau memang memaksaku dalam ruang-ruang permohonan yang ingin Kau kabulkan ; maka sekali lagi bahagiakanlah orang tua dan keluargaku, orang-orang yang menyayangiku dan membenciku."
Tuan Setan pun mencoba menanggapi :
"Ya, begitulah caranya berdoa, Sayangku .... , " Kata Tuan Setan, "Doa yang baik tak pernah berpusat pada kepentingan dirimu sendiri. Doa yang baik selalu tersebar bagi kepentingan orang-orang di sekelilingmu, orang lain, seluruh semesta. Berdoa-lah untuk kebahagiaan dan kebaikan orang lain, maka semesta akan bekerja dengan sendirinya untuk kebaikan dan kebahagiaanmu. Taruhan denganku, siapa yang tak bosan melulu mendengarkan permintaan-permintaan yang semua selalu tentang dirimu, kepentinganmu, dan kebahagiaanmu ?? Maka lupakanlah kepentinganmu, leburkan ia dengan kepentingan banyak orang di sekelilingmu, begitulah cara merayu Tuhanmu."
Lantas Tuan Setan pun tertawa ....
*sebuah kutipan percakapan sederhana yang aku kutip dari sebuah buku curhatan Tuan Setan.
kali ini aku (kembali) belajar mencintai Tuhanku dari makhluk yang ia sendiri sebenarnya tak ikhlas di panggil Setan !!
Jujur ini hanyalah sebuah kutipan singkat dari sebuah buku yang baru aku baca beberapa hari ini.
hmm.. percaya deh (buat yang masih ragu) jika memang perbedaan itusebenarnyaIndah. ada yang bilang ~.~ banyak jalan untuk bisa sampai ke Roma dan kali ini, kutipan ini, akan mencoba menjembatani antara Perbedaan dengan Roma (hah! hubungannya apa coba?? entahlah)
Langsung nih aku coba tunjukin ke kalian *semoga paham. hehe
Bagaimana jika burung gereja... sujud sembahyang di kubah masjid kota,
sementara suara adzan terbang membimbing angin menyalakan dupa?
Doa dari masjid
Doa dari pura
Doa dari vihara
Doa dari gereja
Doa dari pesta
Doa dari hotel
Doa dari e-mail
Doa dari status facebook
Doa dari twitter
Doa dalam napas terakhir, bahkan dari seorang pengemis tua kelaparan...
Ah, harus dengan cara apakah nama Tuhan disapa??
"Aku selalu mendengarkan," bisik suara itu (Tuhan).
berrr... nih tulisan "nyentil" seseorang banget..
*nananana~
Cerita ini sebenernya uda lama aku simpan. aku tulis dalam sebuah kitab usang (maksut : diary) yang baru tadi pagi aku temuin waktu aku lagi nyari album lamaku - yang gak tau kenapa ada salah seorang teman lama yang ingin meminjamnya, sebut saja dia mawar (nama disamarkan.red) dan gak tau kenapa kali ini aku pengen share ke kalian.
ini
tentang seseorang dari masa laluku. errr..males banget sih sebenernya jika
ngungkit masa lalu. well.. tapi kali ini (lagi-lagi) jangan tanya kenapa karna
aku juga gak tau kenapa aku lagi pengen share ini ke kalian. aku coba tulis ulang selembar isi dalam "kitab usang" itu disini. (bukan sok pamer) aku hanya pengen share ini ke kaliian... #plaak. udah ga usah dibahas
ini nih tulisan yang aku maksut dan kita "gunjing" sedari tadi *cek.cek.bekicot cekidot.
Dari tadi malem ampe skarang,, belum ada telepon ataupun sms ucapan
selamat ulangtahun yang selalu kamu kasih seperti taun-taun sebelumnya.
Ga seperti taun-taun yang lalu, taun ini aku kehilangan sosokmu ****…
Ga
ada suara dari seberang telepon yang selalu membangunkanku tengah malam
hanya untuk mengucapkan “selamat ulangtahun ndell…haha” meskipun kadang
suaramu terdengar “crowded” bersautan dengan nyala kembang api yang ga
pernah absen ikut meramaikan kehadiranmu dan kejutan yang kamu buat.
Ga ada lagi ucapan selamat ulangtahun dan doa-doa darimu di inbox massage ku
Ga ada lagi kejutan-kejutan yang bakal aku terima dari kamu
Ga ada lagi yang bisa bikin aku nangis bahagia karna kejailanmu ..
Sekarang
kamu emang benar-benar telah pergi ,, hanya ucapan selamat tinggal
dan senyum terakhir yang kamu kasih 3 minggu lalu sebagai kado
terakhirmu untukku
Tapi apa kamu bener-bener lupa tentang tggl 5 juni ini? ?
Aku harap ga semua tentang aku bakal kamu lupain ya **** :')
Egois memang..
Saat kamu ada dideketku, aku selalu terlihat nggak butuh kamu dan bisa semuanya sendiri tanpa kamu.
Aku selalu nyuruh kamu pergi atau bahkan aku yang selalu ngehindar setiap kamu ada didekatku.
Ada satu kalimat terakhir yang kamu ucapin, entah itu Cuma bercandaanmu atau itu memang bukti pelampiasan "gondok" mu ke aku..
“ndell,ndell….
Ngomong aja klo sayangmu ga pernah bisa berubah hahaha aku tau itu.setiap kita
ngomong ga pernah kan kamu berani ngeliat mataku lagi kayak dulu. kamu masih sayang aku kan ndell....Cuekmu looh gak ngaruh buat aku hahaha. karna aku juga masi sayang kamu “
Kamu emang suka bercanda. tapi aku tau kamu lagi gak niat bercanda waktu itu.
aku ngrasa
klo kamu lagi nyablak mbanyol gak karu-karuan.
Tapi sekarang aku malah ngarep klo itu beneran dan bukan hanya guyonanmu arka…:')
Mungkin sekarang aku harus liat kedepan dan bilang goodbye masa lalu…!!
Aku harus bisa tersenyum, kembali ke titik awal, kembali keduniaku dimana sebelum kamu datang
dan kini saatnya untuk bilang...
:D
Tuhan.. !!! aku siap jatuh cinta lagi… :)
kalo kalian mikir (ataupun gak sempat mikir) kenapa kita putus kalau kita memang masih saling sayang waktu itu.... aku kira jawabannya sederhana. *baca baik-baik
aku tipe orang yang gak suka jauh-jauhan...
aku tipe orang yang gak suka ngebayangin berapa lama aku harus nunggu
aku tipe orang yang gak suka adanya perpisahan karna "jarak"
karena aku emang gak pernah suka istilah ini... istilah "jarak jauh" ~ jauh dekat- 2000 (bukan itu)
pokoknya aku gak suka pacaran Jarak Jauh titik
Allah
Engkau yang selalu aku pungkiri namun tak pernah letih mengabulkan satu persatu doa ku :)
Engkau yang terkadang berusaha aku hindari namun tak pernah benar-benar rela meninggalkanku sendiri :')
entahlah, apa iya aku orang baik?
tentu tidak,
sepertinya aku jauh dari kata baik itu ..
Allah ...
terimakasih untuk semua yang telah Kau beri dalam kehidupanku,
orang tua yang sangat menyayangiku, teman-teman yang baik untukku, dan semua kebahagiaan yang mungkin hampir terlupa olehku
terimakasih
terimakasih untuk semua keindahan yang Engkau beri :)
“ I used to be love drunk,
now I’m hungover, I loved you forever, forever is over”
We once agreed that it was
love, although you and me are nothing the same you always shine on me like the
stars above together, we give love a brand new name
But now we have to go back
into reality and end these beautiful tracks of symphony suddenly the name of
love changed to me it becomes a depressing infatuation about a never ending
agony
(Intan’s poem for Ollie)
Aku duduk sendiri di tempat
duduk yang terletak di pelataran parkir Logan International Airport. Malam
sudah cukup larut ketika pesawatku akhirnya mendarat di Boston. Musim panas
sudah sepenuhnya meninggalkan Boston, pelan-pelan digantikan oleh angin musim
gugur yang terasa sangat menusuk tulang.
Selagi menunggu shuttle
yang akan mengantarku ke penginapan, aku kembali membuka secarik kertas yang Intan
berikan kepadaku kemarin dan mengulang-ulang dua bait puisi yang tertulis di
sana.
A depressing infatuation
about a never ending agony.
Itulah nama baru yang diberikan
Intan kepada cinta kami berdua. Cinta yang sempat indah, tetapi harus terhenti
di tengah jalan.
Kulipat kertas berisi puisi
itu, lalu kuselipkan ke dalam dompetku. Setelah itu kubuka selembar foto yang
ikut terlipat bersama kertas tadi. Itu adalah foto Intan dengan wajah menghadap
ke kamera, sedang tersenyum lebar dan seluruh kulit wajahnya bercahaya indah,
cantik sekali.
A depressing infatuation
about a never ending agony.
Aku tertawa sendiri karena
menyadari betapa sempurnanya kalimat itu dalam menjelaskan perasaanku terhadap
Intan. Aku akan merindukannya. Namun, kerinduan itu akan sangat menyakitkan.
kukecup foto itu sebelum kulipat dan kuselipkan kembali kedalam dompet.
Sejenak aku berpikir untuk
menelponnya, namun setelah aku mengingat keputusannya tentang hubunganku
dengannya, aku mulai merasakan sakit yang mengoyak tubuhku, melebihi sakit yang
aku alami belakangan ini. Bagaimana tidak, ketika aku baru merasakan cinta dari
seseorang yang tak biasa dari hidupku, aku harus rela memendam egoku untuk
hidup bersamanya dengan bahagia karena dia akan menikah dengan lelaki pilihan
orang tuanya.
Aku mencintai Intan karena
kesederhanaanya, begitu pula dia.Intan sangat bahagia ketika bersamaku, itu
ucapan terakhirnya ketika mengantarku ke airport.
Aneh, dia merasa bahagia
denganku tapi tak mau hidup bersamaku…. Yahh, itulah Intan. Perempuan yang
selalu menomor duakan perasaanya sendiri dan selalu ingin melihat orang lain
bahagia.
“ aku sangat mencintaimu
Ollie, sangat.. bahkan lebih dari apa yang kamu tau, namun apa gunanya aku
bahagia jika papa tak pernah merestui hubungan kita”. Ucap Intan sambil menatapku lekat waktu itu.
Kalau Intan ingin melihat
orang lain bahagia karenanya, kenapa orang lain itu bukan aku???
Kenapa ia tak memikirkan
perasaanku ketika itu??
Kenapa ia tak lari saja
dari kehidupannya dan mengajakku untuk memulai sebuah kehidupan yang baru
bersamanya??
Kenapa??....
*itu yang selalu ada dalam
setiap lamunanku. Pertanyaan-pertanyaan itu lah yang selama ini tak sanggup
untuk Intan jawab didepanku.
Tersenyum, dan sesekali
kulihat butiran air mata terendap di pelupuk matanya.
Saat-saat seperti itulah
yang tak bisa membuatku lama untuk mengintrogasinya. Aku sangat mencintainya,
dan aku akan mencintainya dengan caraku.
“ mencintainya dalam diam.”
*5 tahun berlalu
Malam ini, aku baru menginjakkan kakiku kembali ke tanah air. Entah hal apa
yang seoalah membuatku kembali ke kota yang punya banyak kenangan ini.
“ apa aku merindukan cinta
lama ku dulu? Intan? Atau ada hal lain yang ingin Tuhan tunjukkan padaku?
Entahlah…” namun, jika aku merindukan
Intan, rasanya bukan malam ini saja, karena bagiku semua malam yang aku lalui
adalah waktu dimana aku sangat merasa merindukannya.
Hari ke tigaku,
Aku menyusuri taman yang
dulu menjadi tempat paling nyaman ditengah keruwetan aktifitasku di kampus.
Yah.. lagi-lagi. Dimana ada aku pasti disitu ada Intan yang selalu berada dalam
gandenganku.
Selama 5 tahun sudah aku
mencoba melupakannya, namun rupanya usahaku melarikan diri ke Boston sia-sia.
Sekarang aku malah duduk termangu mengingat kembali masa-masa dimana aku
bersamanya menjadi makhluk Tuhan yang paling bahagia.
*didepan rumah kekasihku
dulu, Intan…
“cari siapa mas?” sapa
gadis belia yang sambil menenteng majalah di tangan kirinya.
“ mmm.. Intan. Apa bener
ini rumah Intan?? Saya ingin bertemu dengannya.”
*suasana
hening
“dek,, adek?? Intannya
ada??” sergapku berusaha membuyarkan lamunan gadis itu.
“ mari mas masuk. Saya
buatkan minum yaa.. masnya mau apa?? Es? Atau… “
“ terserah kamu saja,
terimakasih.”
*3 jam berlalu, dan…
“mas.. masnya gak pa-pa
kan??... mungkin ini memang berat. Tapi itulah kenyataannya. Kak Intan
dimakamkan di dekat pusara mama, itu permintaan terakhirnya.” Ucap adik
perempuan Intan yang sempat bersekolah mode di paris dan ternyata gadis itu
yang sering diceritakan Intan padaku, dulu.
Pelan tapi pasti, aku
beranjak dari kursi dan meninggalkan gadis yang terlihat sekilas berwajah mirip
dengan kekasihku Intan.
Bisa kalian bayangkan
tentang bagaimana kabar Intan, gadis yang sangat hebat yang bisa membuatku
tetap jatuh cinta padanya meskipun saat itu aku tau dia lebih memilih orang
lain ketimbang aku, dan tak pernah membuatku sukses untuk melupakannya, kini
dia telah tiada. Intan pergi untuk selama-lamanya 5 tahun yang lalu, persis 2
bulan setelah aku meninggalkan Jakarta.
“Intan
mencintaiku dengan diam”
Selama ini aku pikir akulah
satu-satunya orang yang paling berkorban untuknya, tetapi itu semua salah.
Intan meninggal karena
dialah pendonor hati untukku.
Aku di diaknosa dokter
mengidap kanker hati sejak umurku 20 tahun. Jika aku ingin tetap hidup, aku
harus segera di operasi. Yaa, satu-satunya cara aku harus ke Boston untuk di
operasi dan melakukan pencangkokan hati. Namun tanpa aku ketahui intan
mendaftarkan diri sebagai pendonor untukku, dan hasilnya cocok. Sebuah
kebetulan atau memang ini cara Tuhan menyatukan hati kami.
Awalnya aku keberatan untuk
di operasi, apalagi di Negara yang sangat jauh. Jarak yang jauh antara aku
dengan Intan.
Namun, Intan meyakinkanku
untuk segera pergi ke luar negri agar aku mau di operasi dengan cara ia
beralasan akan segera dinikahkan dengan lelaki pilihan papanya.ia pikir dengan
cara seperti itu aku akan kecewa, membencinya bahkan melupakannya dan semakin
membulatkan tekatku untuk pergi ke Boston karena dia akan hidup bersama dengan
orang lain yang akan dinikahinya. Padahal itu semua bohong. Untuk pertama dan
terakhir kali Intan berbohong kepadaku tentang hal sepenting ini.
“ …berarti selama ini, hati
yang membuatku tetap hidup adalah hati seseorang yang paling memotivasiku untuk
tetap hidup? hati yang seharusnya aku bahagiakan melebihi apapun didunia ini.”
“ ternyata aku yang telah
membunuh cintaku sendiri. Aku pembunuh… “
Ribuan kali aku ucapkan
kalimat itu sambil sesenggukan menyesali ketulusan Intan yang malah membuatku
merasa menjadi orang yang paling biadap.
Ingin sekali aku memutar
waktu. Aku lebih berharap jika aku tak melakukan operasi pencangkokan hati
sekalipun, aku pasti akan bisa mati dengan bahagia di dalam pelukan Intan, tak
apa jika aku di suruh memilih aku akan lebih memilih menutupkan mata dalam
pangkuan Intan, ketimbang aku harus mendengar kenyataan jika Intanlah yang
berkoraban agar aku bisa hidup lebih lama.
Kenapa aku harus melihat
nisan bertuliskan nama orang yang paling kucintai jika aku tau karena akulah
nama itu berpendar di atasnya.
Kenapa bukan aku, kenapa
bukan namaku, kenapa bukan “Ollie” yang tertulis di nisan itu…
Kita (terutama gue) gak pernah LELAH buat minta ini-itu sama Tuhan (pasti).
Kita (apalagi gue) gak pernah ABSEN buat ngerayu Tuhan untuk hal-hal yang mungkin tidak sangat kita butuhkan.
Kita (pasti gue) gak pernah MALU buat maksa Tuhan untuk nurutin apa mau Kita (lagi-lagi ini tentang gue).
Asal kalian tau (bodohnya aku kalo gak pernah tau) jika Tuhan gak pernah LELAH buat denger curhat kita apapaun,kapanpun dan dimanapun itu. Gak kayak kita yang selalu lelah buat nepatin janji ke Dia.
Mungkin kalian uda tau (dan kadang aku lupa hal ini) jika Tuhan gak pernah ABSEN buat nyatet semua pesanan kita dan memastikan agar semua pesanan itu terkirim secara tepat (inget!! bukan cepat) suatu saat nanti. Gak kayak kita yang selalu mempersalahkan semua keputusan terbaik yang uda Dia pilih buat kita.
Kalian pasti tau tentang ini, kali ini aku juga :) . jika Tuhan gak pernah GENGSI buat menerima maaf dari semua kesalahan berulang yang sudah-sudah. Gak kayak kita yang selalu berdebat tentang kesalahan orang lain kepada kita
itulah TUHAN ku... :D
... aku mengerti sekarang
contoh sederhana : bukan maksut untuk menggurui atau sok tau. ini bicara tentang pendapat ku.
Jika Dosen ikhlas memberi tugas kepadaku....
kenapa aku gak mencoba ikhlas buat menerimanya?? kenapa aku harus mengeluh?
Jika Dosen (lagi-lagi) tak pernah memaki ku ketika mempercayakan segunung tugas itu untukku ...
kenapa aku harus menghujatnya dibelakang ketika dia berlalu dari kelas dan tak buru-buru mengomelinya tadi didepan mejanya? bahkan balik memakinya??
:) kali ini aku tersenyum. ini mudah bagiku. sangat mudah.
ini telah jadi pilihanku. dan ini telah jadi tanggung jawabku.
# ini jauh lebih ringan dari tugas Tuhan selama ini
"kuliah gak ada tugas tak ubahnya dangdut tanpa soneta -Rhomamirama, Ter la lu-" dikutip dari album yang tak pernah dipublikasikan