Haii ...
ini ceritaku. tentang aku, orang terkasih di sekelilingku, atau mungkin juga tentang kamu :)
Senin, 12 November 2012
Lihat dan cermati rona Archturus itu..
dia memang yang kedua
tapi pesonanya tak akan habis sampai waktu penghabisan nanti
lihat dan cermati Prambanan kala senja..
dia memang yang kedua
tapi anggunnya masih tercium seperawan dulu
ini tentang kita
tentang kasih
tentang dusta pada pelangi
aku berdusta
tapi dustaku adalah benar (tidak sepertimu)
aku berdusta
tapi dustaku adalah nyata (tidak sepertimu)
jingga dalam pelangiku
tak pernah kubuat seperti jingga pada pelangimu
kadang kelakar mu menyeringai jika jinggaku telah bernoktah
tak apa, aku tersenyum
mungkin ini caraku menyimpan rona untuk menyangga ronamu yang meredup
tak apa, aku tersenyum
aku tak mau jadi pesakitan yang melulu cengeng
ku biarkan pelangimu menginjak rusuh
membuat onar
membuat perih
tapi ingat
ketika nanti aku telah benar-benar letih
tak ada salahnya bukan
jika sesekali kau merasakan
pilunya ronta yang kau buat sendiri gaungnya
-teman sebatas teman-
Sabtu, 03 November 2012
lentera usang disudut ruang itu,
kembali kunyalakan sore ini
ku lihat mega semakin sendu tak berpose
krisan-krisan yang dulunya rupawan
kini bisu membungkam
ah, aku kecewa pada diriku
mozaik senja penuh nanar
mengelupas tak berbekas
meraung pilu
memelas dahaga
ah, aku kecewa pada diriku
lukisan perca milikku
masih teronggok kini
bingkai belukar memeluk tiap rindunya
tak tersentuh, tak terjamah
ah, aku kecewa pada diriku
lelakiku
hangat ketika aku memeluk senja yang kau beri
hangat ketika aku melukis senyum karenamu
bahagia dengan sederhana, sesederhana tawa kita tanpa perlu mencari
bersandar memegang tanganmu, terlelap memeluk tubuhmu
pernah aku menanyakan pada hatiku,
tentang apa itu arti sakit
lantas ia berkata, “sakit itu ketika
aku tak pernah bisa merindukan hati yang lain selain dia kekasihku”.
pernah aku menanyakan pada telingaku,
tentang apa itu arti sakit
lantas ia berkata, “sakit itu ketika
kelak aku mendengar kekasihku menyebut nama dia diantara aku
dan kamu”.
pernah aku menanyakan pada kedua
mataku, tentang apa itu arti sakit
lantas ia berkata, “sakit itu ketika
kelak aku melihat kekasihku tersenyum, tetapi tidak lagi kepadaku”
tak sampai disitu, kembali aku
menanyakan pada hatiku, tentang apa yang ia tahu dari rasa takut
ia menjawab lirih kali ini, “takut
itu ketika aku tak lagi menjadi bagian dari kekasihku, dan aku mulai
berjarak dengannya (nanti)”.
Dan lagi, aku menanyakan pada
telingaku, tentang apa arti takut
Ia(pun) menjawab lirih kali ini, “
takut itu ketika suatu saat nanti tak kudengar lagi kata cinta dan
panggilan sayang dari kekasihku”
Kali ini kedua mataku tak segan
menimpali, “takut itu ketika kelak aku melihat kekasihku pergi
menjauh dariku, melangkah.., bahkan mulai berlari semakin
jauh.Damn!.. aku benar-benar tak ingin itu terjadi.
membayangkannyapun aku segan”.
Ini yang terakhir, aku bertanya pelan
pada hatiku, apa yang ia tahu tentang bahagia
dengan cepat ia menjawab, “bahagia
itu ketika aku mengetahui jika kekasihku juga sempat merindukanku”.
-tersenyum-
Aku bertanya pada telingaku, tentang
apa itu bahagia
dengan cepat pula ia menjawab, “bahagia
itu ketika tak pernah bosan aku mendengar panggilan sayang dan
nyataan kasih dari kekasihku”.
-ku tambah volume senyumku-
giliran kedua mataku, aku bertanya
padanya tentang bahagia menurutnya
….sesaat tak kudengar jawab darinya,
lalu kucoba menanyakannya lagi. Tetap sama. dia terdiam cukup lama
kali ini. Aku mendekatinya, menatapnya lekat..
Dengan berbinar ia menjawab, “bahagia
itu ketika sekarang aku masih bisa melihatnya berada sangat dekat
denganku, mengamatinya, menatapnya, bahkan terkadang masih bisa
menangisinya. Yah, itu lah kebahagiaan menurutku”.
-just -
Well, love is so simple
Have question? …. Ask
Like something? …. State it
Want something? …. Ask for it
Missing somebody? …. call
Love someone? …. Tell it
Minggu, 15 April 2012
I saw You ,
You were reading . . .
and You fell a sleep ,
I didn't dare look at You . . .
You were so different
Afterward, I couldn't stop thinking about You
it made me smile
and then I thought of all the girl who would get to hold You
of all the girl who always spent their times with You
who'd make You laugh . . .
how lucky they were
and now.. I'm the one who had your heart :)
*when you say I love you,, I can't tell you I love you too
Kau membuat waktuku, tersita dengan angan tentangmu...
Mengapa begini..
Gilaaa~!! Paraah ~
Harus pake cara apa biar kamu bisa ngomong apa yang
sebenernya kita mau. Ckckc, sayang … kenapa coba, aku harus berperan sebagai
cewek. Bukan masalah gengsi atau jaim. Tapi setidaknya kamu yang cowok, yang
bisa ngomongin hal yang pengen kamu omongin dan apa yang sebenernya paling aku mau denger. d(-o-)b
Kenapa harus aku yang nanya duluan?
Uda jelas pasti kamu tau kunci jawabannya. kalo kamu Tanya apa yang
menjadi sumber keruwetan ini.
Sadarkah kau, kau menggantung diriku
Aku tak mau menunggu
Sadarkah kau ku adalah wanita
Aku tak mungkin yang memulai ,,
Sore itu, entah kenapa Tuhan menyeruku untuk sedikit
mendengar percakapan sepasang semut disebuah lubang kecil dibawah pohon di
pinggir jalan yang biasa aku lewati.
Aku menanyakan pada Tuhanku, kenapa aku harus mendengarkan
percakapan mereka wahai Tuhan ..
Aku masih bingung. Namun kuturuti saja perintahNya. Mungkin
itu cara Nya untuk sedikit memberiku jawaban dari setiap tanyaku pada Nya
selama ini
***
Cukup lama untukku menyimak percakapan mereka. Ku coba untuk
mengartikan satu persatu apa yang mereka katakan. Aku hanya terdiam, dan
sesekali tanpa sadar ku angguk-anggukan kepalaku tanda sedikit mengerti. Ahhh… dasar
payah!! Aku memang payah dalam menerka sesuatu. Aku tau mimik muka sepasang
semut itu. Aku tau jika mereka sedang bahagia, karena rona wajahnya kulihat
memerah tanda ada luapan kebahagiaan yang siap mereka letupkan ketika musim
semi tiba beberapa hari lagi. Namun, disinilah kebodohan itu muncul. Aku bodoh,
terlalu bodoh untuk mengartikan dari mana, karna apa, dan mengapa mereka bisa
sebahagia itu.bodoh!!
**
Tuhan : Bagaimana keadaan
mereka?
Aku : aku rasa mereka cukup baik, malah terlihat sangat bahagia.
Tuhan : dari mana kau tau jika mereka bahagia?
Aku : Entahlah, aku hanya dapat melihat dari cara mereka
bertatap muka, bagaimana mereka tersenyum, dan seperti apa mereka mengacuhkan
sekeliling karna sibuk menyimpulkan senyum dalam setiap percakapannya.
Tuhan : Bagaimana menurutmu?
Aku : menurutku? Apa maksutMu wahai Tuhan?
Tuhan : (tersenyum) lantas pergi lagi. Gamang.
***
Tengah malam, menjelang pagi. Tuhanku kembali menyeruku.
Kini agak sedikit berbisik. Pelan. Namun lebih tegas dari biasanya.
Aku : wahai Tuhan, ada apa Kau membangunkannku pagi buta
seperti ini? Ini belum masuk waktu shubuhMu kan. Mataku ini masih berat karena
semalam aku begadang menghitung bintang. Tugasku tempo kemarin.
Tuhan : Kemarilah, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Aku
yakin kau pasti bahagia melihatnya.
Aku : terdiam. Dan mencoba
menatap lekat cahaya itu
Tuhan : sudah lihat? Percaya? Itu untukmu … tersenyumlah
sekarang
Aku : itu apa? aku suka cahaya itu. Tapi cahaya itu terlalu
silau untuk ku lihat dengan mata telanjang
Tuhan : (sedikit tertawa renyah) jangan gunakan matamu untuk
melihatnya. Karena cahaya itu aku ciptakan bukan untuk sepasang mata. Tapi cahaya itu sengaja aku siapkan untuk sekeping
hatimu.
Aku : hati? Sekeping hati? Tapi Tuhan, bukankah hati ini
telah lama terhenti? Aku tak yakin bisa menjalankannya kembali.. aku tak mampu
menemukan baterai yang pas untuk ukurannya.
Tuhan : (kali ini tertawa dengan volume setingkat lebih
tinggi) Tau apa kau tentang itu. Lihatlah, bagaimana aku mempersiapkannya
untukmu. Cahaya itu. Yaa.. itu untukmu. Dekati ia, sapa ia, …
**
Kali ini aku mencari Tuhanku. Ku panggil Dia. Ku cari
ketempat biasanya aku mengobrol dengan Nya.
~Nihil. Aku tak berhasil menjumpainya kali ini. Kenapa
dengan Tuhanku? Kemana Dia?
Kau menyuruhku untuk mendengar hal terkecil yang selama ini
aku coba acuhkan. Kau menyeruku untuk mendekati hal yang selama ini terus
berlari menjauhiku. Kau meyakinkanku untuk terus mengejar hal itu.
Mempertahankannya. Tapi sekarang ….
Tuhan aku tau jika kelebihanku, aku memiliki banyak
kebodohan yang tak semua orang punya. Dan satu-satunya kekuranganku karna aku
tak pernah punya satu keberanian untuk mengambil jatah kebahagiaanku.
Aku tau, jika sekarang aku mau menerima kebahagiaan darimu.
Maka aku harus siap, untuk sewaktu-waktu kau ambil kebahagiaan itu. Inilah
egoisku. Aku butuh, berharap dan ingin kebahagiaan itu segera ku raih. Tapi apa
iya aku bisa melepasnya jika suatu saat nanti kau menagihnya. Kau menariknya.
Dan Kau kembali menghempaskanku sendiri.aku takut.
Tapi ini akan lain, Jika cahaya yang telah kukenal. Yang Kau
janjikan itu. mampu bersuara padamu
untuk menjagaku, menjaga senyumku. Tapi sayang, Aku sendiri tak tau apa ia
benar-benar menginginkanku untuk menyentuhnya atau tidak. Meskipun banyak lilin
yang mengatakan jika geliat geraknya mengatakan jika ia ingin kumiliki,
begitupun aku terhadapnya.
Tapi kenapa hanya lilin-lilin itu yang berani dengan lantang
meneriakkannya. Kenapa bukan cahaya itu yang mengatakan padaku. Yah, dia sudah
berusaha mengatakan, menjelaskan bahkan. Tetapi itu semua kiasan. Cahaya itu
hanya mampu melihatkan bias ronanya dalam remang cahaya kamarku. Indah. Sangat
indah. Tapi kenapa hanya bias-bias itu yang kulihat. Aku ingin dia sesekali
membakar kulitku. Sedikit sakitpun sepertinya tak apa. tapi cahaya itu terlalu
baik untuk melukaiku.
Aku peka. Aku peka untuk cahaya sepertimu. Tapi aku juga
butuh kau (benar-benar) yakinkan dengan hentakan suaramu. Aku ingin mendengar
jika suara itu mampu menahanku untuk tidak pergi.
Aku tidak peka. Dan tak akan pernah peka. Jika cahaya itu
(lagi-lagi) hanya mampu memberi bias warna kiasannya.
Aku ingin yang pasti. Aku ingin cahaya yang tadinya tak
terbiasa bersuara. Kini denganku, aku mau kamu bersuara menahanku. Bukan
memberi larangan untuk pergi hanya dari pajangan-pajangan cermin yang tersusun
rapi mengitarimu. Tapi benar-benar sebuah suara. Meski pelan. Tapi percayakah kamu jika aku pasti mendengarnya. sayangnya tidak. kamu belum mempercayaiku untuk hal itu.
Sabtu, 11 Februari 2012
Kenal sama George? Tokoh kartun yang satu ini emang seekor monyet yang lucu
banget. Dia polos seperti anak-anak, selalu pengen tau ini itu,
baik hati, meskipun kadang usil tapi dia gak nakal kok. Yapp!! Aku jatuh cinta
sama karakter yang satu ini.
Dialah tokoh utama dalam serial Curious George.
Sebuah film kartun anak-anak yang ditayangkan oleh ANTV setiap 6.30 WIB
atau 7.30 WITA. Setiap seri berdurasai 30 menit. biasanya ada 3 cerita di
dalamnya kalau tidak salah. hehe
George tinggal disebuah apartemen
ditengah kota, diasuh oleh seorang lelaki lajang yang dipanggil pria
bertopi kuning. Pria bertopi kuning
selayaknya seorang ayah yang
bijaksana dalam mengasuh George. Kadang seperti ayah dan anak, namun
kadang juga seperti teman bagi George. Pria bertopi kuning yang selalu
memakai setelan kuning dan bertopi lebar ini selalu memberi tahu George
tentang segala hal yang ingin diketahuinya. Sehari-hari George berteman
juga dengan Hanly, anjing penjaga Lobby yang biasanya bersikap sebagai
kakak bagi George. Ada juga Pria penjaga Lobby, majikan Hanly yang
selalu menyapa George dengan ramah. George menikmati kehidupannya
sehari-hari sebagai monyet yang bahagia. hahah yaa, seekor monyet yang selalu bahagia
Berteman dengan semua orang dan
semua binatang di kota itu, yahh, itulah Dia :3
George selalu membantu siapa saja. Tulus dan selalu gak pernah lupa cara untuk tersenyum
[ Andai senyum itu tidak hanya dimiliki oleh seekor monyet :) ].
Cerita-cerita dalam Corious George ini sangat bagus,
sederhana, namun sulit untuk ditebak. #Misteri yang Simple guys .. weww
Curious George hanya
menceritakan hal-hal positif yang seharusnya dijalani oleh kita semua.
Benar-benar tontonan yang menghibur dan penuh pendidikan. Ini sangat
berbeda dengan Tom and Jerry yang penuh kenakalan dan tindak kekerasan,
atau Spongebob yang penuh kekonyolan, bahkan serial ini lebih bagus dari
pada Doraemon, karena disini gak ada anak nakal, gak ada anak cengeng,
dan anak malas. Pokoknya ini benar-benar cerita positif yang memberikan
pelajaran positif dan membawa aura positif, dan bagi yang suka George semoga
juga cepat positif..Amiin..heheh
"Tuhan aku bukanlah perempuan yang baik, tetapi bila ada satu-dua kebaikan yang pernah aku kerjakan, dan jika itu memang pantas diberi pahala, ambillah pahalaku ! Jika boleh, aku ingin menukarnya dengan kebahagiaan lain untuk kedua orang tuaku, keluargaku, dan orang-orang yang selama ini menyayangi maupun membenciku. Sayangilah mereka, bahagiakanlah mereka. Tak perlu lagi Kau memberiku apapun dan aku memang tak ingin meminta apapun untuk hidupku sendiri. Cukuplah bagiku mencintai-Mu tanpa keinginan-keinginan yang merantai ketulusanku dalam mencintai-Mu. Sisanya, bila Kau memang memaksaku dalam ruang-ruang permohonan yang ingin Kau kabulkan ; maka sekali lagi bahagiakanlah orang tua dan keluargaku, orang-orang yang menyayangiku dan membenciku."
Tuan Setan pun mencoba menanggapi :
"Ya, begitulah caranya berdoa, Sayangku .... , " Kata Tuan Setan, "Doa yang baik tak pernah berpusat pada kepentingan dirimu sendiri. Doa yang baik selalu tersebar bagi kepentingan orang-orang di sekelilingmu, orang lain, seluruh semesta. Berdoa-lah untuk kebahagiaan dan kebaikan orang lain, maka semesta akan bekerja dengan sendirinya untuk kebaikan dan kebahagiaanmu. Taruhan denganku, siapa yang tak bosan melulu mendengarkan permintaan-permintaan yang semua selalu tentang dirimu, kepentinganmu, dan kebahagiaanmu ?? Maka lupakanlah kepentinganmu, leburkan ia dengan kepentingan banyak orang di sekelilingmu, begitulah cara merayu Tuhanmu."
Lantas Tuan Setan pun tertawa ....
*sebuah kutipan percakapan sederhana yang aku kutip dari sebuah buku curhatan Tuan Setan.
kali ini aku (kembali) belajar mencintai Tuhanku dari makhluk yang ia sendiri sebenarnya tak ikhlas di panggil Setan !!
Jujur ini hanyalah sebuah kutipan singkat dari sebuah buku yang baru aku baca beberapa hari ini.
hmm.. percaya deh (buat yang masih ragu) jika memang perbedaan itusebenarnyaIndah. ada yang bilang ~.~ banyak jalan untuk bisa sampai ke Roma dan kali ini, kutipan ini, akan mencoba menjembatani antara Perbedaan dengan Roma (hah! hubungannya apa coba?? entahlah)
Langsung nih aku coba tunjukin ke kalian *semoga paham. hehe
Bagaimana jika burung gereja... sujud sembahyang di kubah masjid kota,
sementara suara adzan terbang membimbing angin menyalakan dupa?
Doa dari masjid
Doa dari pura
Doa dari vihara
Doa dari gereja
Doa dari pesta
Doa dari hotel
Doa dari e-mail
Doa dari status facebook
Doa dari twitter
Doa dalam napas terakhir, bahkan dari seorang pengemis tua kelaparan...
Ah, harus dengan cara apakah nama Tuhan disapa??
"Aku selalu mendengarkan," bisik suara itu (Tuhan).
berrr... nih tulisan "nyentil" seseorang banget..
*nananana~
Cerita ini sebenernya uda lama aku simpan. aku tulis dalam sebuah kitab usang (maksut : diary) yang baru tadi pagi aku temuin waktu aku lagi nyari album lamaku - yang gak tau kenapa ada salah seorang teman lama yang ingin meminjamnya, sebut saja dia mawar (nama disamarkan.red) dan gak tau kenapa kali ini aku pengen share ke kalian.
ini
tentang seseorang dari masa laluku. errr..males banget sih sebenernya jika
ngungkit masa lalu. well.. tapi kali ini (lagi-lagi) jangan tanya kenapa karna
aku juga gak tau kenapa aku lagi pengen share ini ke kalian. aku coba tulis ulang selembar isi dalam "kitab usang" itu disini. (bukan sok pamer) aku hanya pengen share ini ke kaliian... #plaak. udah ga usah dibahas
ini nih tulisan yang aku maksut dan kita "gunjing" sedari tadi *cek.cek.bekicot cekidot.
Dari tadi malem ampe skarang,, belum ada telepon ataupun sms ucapan
selamat ulangtahun yang selalu kamu kasih seperti taun-taun sebelumnya.
Ga seperti taun-taun yang lalu, taun ini aku kehilangan sosokmu ****…
Ga
ada suara dari seberang telepon yang selalu membangunkanku tengah malam
hanya untuk mengucapkan “selamat ulangtahun ndell…haha” meskipun kadang
suaramu terdengar “crowded” bersautan dengan nyala kembang api yang ga
pernah absen ikut meramaikan kehadiranmu dan kejutan yang kamu buat.
Ga ada lagi ucapan selamat ulangtahun dan doa-doa darimu di inbox massage ku
Ga ada lagi kejutan-kejutan yang bakal aku terima dari kamu
Ga ada lagi yang bisa bikin aku nangis bahagia karna kejailanmu ..
Sekarang
kamu emang benar-benar telah pergi ,, hanya ucapan selamat tinggal
dan senyum terakhir yang kamu kasih 3 minggu lalu sebagai kado
terakhirmu untukku
Tapi apa kamu bener-bener lupa tentang tggl 5 juni ini? ?
Aku harap ga semua tentang aku bakal kamu lupain ya **** :')
Egois memang..
Saat kamu ada dideketku, aku selalu terlihat nggak butuh kamu dan bisa semuanya sendiri tanpa kamu.
Aku selalu nyuruh kamu pergi atau bahkan aku yang selalu ngehindar setiap kamu ada didekatku.
Ada satu kalimat terakhir yang kamu ucapin, entah itu Cuma bercandaanmu atau itu memang bukti pelampiasan "gondok" mu ke aku..
“ndell,ndell….
Ngomong aja klo sayangmu ga pernah bisa berubah hahaha aku tau itu.setiap kita
ngomong ga pernah kan kamu berani ngeliat mataku lagi kayak dulu. kamu masih sayang aku kan ndell....Cuekmu looh gak ngaruh buat aku hahaha. karna aku juga masi sayang kamu “
Kamu emang suka bercanda. tapi aku tau kamu lagi gak niat bercanda waktu itu.
aku ngrasa
klo kamu lagi nyablak mbanyol gak karu-karuan.
Tapi sekarang aku malah ngarep klo itu beneran dan bukan hanya guyonanmu arka…:')
Mungkin sekarang aku harus liat kedepan dan bilang goodbye masa lalu…!!
Aku harus bisa tersenyum, kembali ke titik awal, kembali keduniaku dimana sebelum kamu datang
dan kini saatnya untuk bilang...
:D
Tuhan.. !!! aku siap jatuh cinta lagi… :)
kalo kalian mikir (ataupun gak sempat mikir) kenapa kita putus kalau kita memang masih saling sayang waktu itu.... aku kira jawabannya sederhana. *baca baik-baik
aku tipe orang yang gak suka jauh-jauhan...
aku tipe orang yang gak suka ngebayangin berapa lama aku harus nunggu
aku tipe orang yang gak suka adanya perpisahan karna "jarak"
karena aku emang gak pernah suka istilah ini... istilah "jarak jauh" ~ jauh dekat- 2000 (bukan itu)
pokoknya aku gak suka pacaran Jarak Jauh titik
Allah
Engkau yang selalu aku pungkiri namun tak pernah letih mengabulkan satu persatu doa ku :)
Engkau yang terkadang berusaha aku hindari namun tak pernah benar-benar rela meninggalkanku sendiri :')
entahlah, apa iya aku orang baik?
tentu tidak,
sepertinya aku jauh dari kata baik itu ..
Allah ...
terimakasih untuk semua yang telah Kau beri dalam kehidupanku,
orang tua yang sangat menyayangiku, teman-teman yang baik untukku, dan semua kebahagiaan yang mungkin hampir terlupa olehku
terimakasih
terimakasih untuk semua keindahan yang Engkau beri :)
“ I used to be love drunk,
now I’m hungover, I loved you forever, forever is over”
We once agreed that it was
love, although you and me are nothing the same you always shine on me like the
stars above together, we give love a brand new name
But now we have to go back
into reality and end these beautiful tracks of symphony suddenly the name of
love changed to me it becomes a depressing infatuation about a never ending
agony
(Intan’s poem for Ollie)
Aku duduk sendiri di tempat
duduk yang terletak di pelataran parkir Logan International Airport. Malam
sudah cukup larut ketika pesawatku akhirnya mendarat di Boston. Musim panas
sudah sepenuhnya meninggalkan Boston, pelan-pelan digantikan oleh angin musim
gugur yang terasa sangat menusuk tulang.
Selagi menunggu shuttle
yang akan mengantarku ke penginapan, aku kembali membuka secarik kertas yang Intan
berikan kepadaku kemarin dan mengulang-ulang dua bait puisi yang tertulis di
sana.
A depressing infatuation
about a never ending agony.
Itulah nama baru yang diberikan
Intan kepada cinta kami berdua. Cinta yang sempat indah, tetapi harus terhenti
di tengah jalan.
Kulipat kertas berisi puisi
itu, lalu kuselipkan ke dalam dompetku. Setelah itu kubuka selembar foto yang
ikut terlipat bersama kertas tadi. Itu adalah foto Intan dengan wajah menghadap
ke kamera, sedang tersenyum lebar dan seluruh kulit wajahnya bercahaya indah,
cantik sekali.
A depressing infatuation
about a never ending agony.
Aku tertawa sendiri karena
menyadari betapa sempurnanya kalimat itu dalam menjelaskan perasaanku terhadap
Intan. Aku akan merindukannya. Namun, kerinduan itu akan sangat menyakitkan.
kukecup foto itu sebelum kulipat dan kuselipkan kembali kedalam dompet.
Sejenak aku berpikir untuk
menelponnya, namun setelah aku mengingat keputusannya tentang hubunganku
dengannya, aku mulai merasakan sakit yang mengoyak tubuhku, melebihi sakit yang
aku alami belakangan ini. Bagaimana tidak, ketika aku baru merasakan cinta dari
seseorang yang tak biasa dari hidupku, aku harus rela memendam egoku untuk
hidup bersamanya dengan bahagia karena dia akan menikah dengan lelaki pilihan
orang tuanya.
Aku mencintai Intan karena
kesederhanaanya, begitu pula dia.Intan sangat bahagia ketika bersamaku, itu
ucapan terakhirnya ketika mengantarku ke airport.
Aneh, dia merasa bahagia
denganku tapi tak mau hidup bersamaku…. Yahh, itulah Intan. Perempuan yang
selalu menomor duakan perasaanya sendiri dan selalu ingin melihat orang lain
bahagia.
“ aku sangat mencintaimu
Ollie, sangat.. bahkan lebih dari apa yang kamu tau, namun apa gunanya aku
bahagia jika papa tak pernah merestui hubungan kita”. Ucap Intan sambil menatapku lekat waktu itu.
Kalau Intan ingin melihat
orang lain bahagia karenanya, kenapa orang lain itu bukan aku???
Kenapa ia tak memikirkan
perasaanku ketika itu??
Kenapa ia tak lari saja
dari kehidupannya dan mengajakku untuk memulai sebuah kehidupan yang baru
bersamanya??
Kenapa??....
*itu yang selalu ada dalam
setiap lamunanku. Pertanyaan-pertanyaan itu lah yang selama ini tak sanggup
untuk Intan jawab didepanku.
Tersenyum, dan sesekali
kulihat butiran air mata terendap di pelupuk matanya.
Saat-saat seperti itulah
yang tak bisa membuatku lama untuk mengintrogasinya. Aku sangat mencintainya,
dan aku akan mencintainya dengan caraku.
“ mencintainya dalam diam.”
*5 tahun berlalu
Malam ini, aku baru menginjakkan kakiku kembali ke tanah air. Entah hal apa
yang seoalah membuatku kembali ke kota yang punya banyak kenangan ini.
“ apa aku merindukan cinta
lama ku dulu? Intan? Atau ada hal lain yang ingin Tuhan tunjukkan padaku?
Entahlah…” namun, jika aku merindukan
Intan, rasanya bukan malam ini saja, karena bagiku semua malam yang aku lalui
adalah waktu dimana aku sangat merasa merindukannya.
Hari ke tigaku,
Aku menyusuri taman yang
dulu menjadi tempat paling nyaman ditengah keruwetan aktifitasku di kampus.
Yah.. lagi-lagi. Dimana ada aku pasti disitu ada Intan yang selalu berada dalam
gandenganku.
Selama 5 tahun sudah aku
mencoba melupakannya, namun rupanya usahaku melarikan diri ke Boston sia-sia.
Sekarang aku malah duduk termangu mengingat kembali masa-masa dimana aku
bersamanya menjadi makhluk Tuhan yang paling bahagia.
*didepan rumah kekasihku
dulu, Intan…
“cari siapa mas?” sapa
gadis belia yang sambil menenteng majalah di tangan kirinya.
“ mmm.. Intan. Apa bener
ini rumah Intan?? Saya ingin bertemu dengannya.”
*suasana
hening
“dek,, adek?? Intannya
ada??” sergapku berusaha membuyarkan lamunan gadis itu.
“ mari mas masuk. Saya
buatkan minum yaa.. masnya mau apa?? Es? Atau… “
“ terserah kamu saja,
terimakasih.”
*3 jam berlalu, dan…
“mas.. masnya gak pa-pa
kan??... mungkin ini memang berat. Tapi itulah kenyataannya. Kak Intan
dimakamkan di dekat pusara mama, itu permintaan terakhirnya.” Ucap adik
perempuan Intan yang sempat bersekolah mode di paris dan ternyata gadis itu
yang sering diceritakan Intan padaku, dulu.
Pelan tapi pasti, aku
beranjak dari kursi dan meninggalkan gadis yang terlihat sekilas berwajah mirip
dengan kekasihku Intan.
Bisa kalian bayangkan
tentang bagaimana kabar Intan, gadis yang sangat hebat yang bisa membuatku
tetap jatuh cinta padanya meskipun saat itu aku tau dia lebih memilih orang
lain ketimbang aku, dan tak pernah membuatku sukses untuk melupakannya, kini
dia telah tiada. Intan pergi untuk selama-lamanya 5 tahun yang lalu, persis 2
bulan setelah aku meninggalkan Jakarta.
“Intan
mencintaiku dengan diam”
Selama ini aku pikir akulah
satu-satunya orang yang paling berkorban untuknya, tetapi itu semua salah.
Intan meninggal karena
dialah pendonor hati untukku.
Aku di diaknosa dokter
mengidap kanker hati sejak umurku 20 tahun. Jika aku ingin tetap hidup, aku
harus segera di operasi. Yaa, satu-satunya cara aku harus ke Boston untuk di
operasi dan melakukan pencangkokan hati. Namun tanpa aku ketahui intan
mendaftarkan diri sebagai pendonor untukku, dan hasilnya cocok. Sebuah
kebetulan atau memang ini cara Tuhan menyatukan hati kami.
Awalnya aku keberatan untuk
di operasi, apalagi di Negara yang sangat jauh. Jarak yang jauh antara aku
dengan Intan.
Namun, Intan meyakinkanku
untuk segera pergi ke luar negri agar aku mau di operasi dengan cara ia
beralasan akan segera dinikahkan dengan lelaki pilihan papanya.ia pikir dengan
cara seperti itu aku akan kecewa, membencinya bahkan melupakannya dan semakin
membulatkan tekatku untuk pergi ke Boston karena dia akan hidup bersama dengan
orang lain yang akan dinikahinya. Padahal itu semua bohong. Untuk pertama dan
terakhir kali Intan berbohong kepadaku tentang hal sepenting ini.
“ …berarti selama ini, hati
yang membuatku tetap hidup adalah hati seseorang yang paling memotivasiku untuk
tetap hidup? hati yang seharusnya aku bahagiakan melebihi apapun didunia ini.”
“ ternyata aku yang telah
membunuh cintaku sendiri. Aku pembunuh… “
Ribuan kali aku ucapkan
kalimat itu sambil sesenggukan menyesali ketulusan Intan yang malah membuatku
merasa menjadi orang yang paling biadap.
Ingin sekali aku memutar
waktu. Aku lebih berharap jika aku tak melakukan operasi pencangkokan hati
sekalipun, aku pasti akan bisa mati dengan bahagia di dalam pelukan Intan, tak
apa jika aku di suruh memilih aku akan lebih memilih menutupkan mata dalam
pangkuan Intan, ketimbang aku harus mendengar kenyataan jika Intanlah yang
berkoraban agar aku bisa hidup lebih lama.
Kenapa aku harus melihat
nisan bertuliskan nama orang yang paling kucintai jika aku tau karena akulah
nama itu berpendar di atasnya.
Kenapa bukan aku, kenapa
bukan namaku, kenapa bukan “Ollie” yang tertulis di nisan itu…
Kita (terutama gue) gak pernah LELAH buat minta ini-itu sama Tuhan (pasti).
Kita (apalagi gue) gak pernah ABSEN buat ngerayu Tuhan untuk hal-hal yang mungkin tidak sangat kita butuhkan.
Kita (pasti gue) gak pernah MALU buat maksa Tuhan untuk nurutin apa mau Kita (lagi-lagi ini tentang gue).
Asal kalian tau (bodohnya aku kalo gak pernah tau) jika Tuhan gak pernah LELAH buat denger curhat kita apapaun,kapanpun dan dimanapun itu. Gak kayak kita yang selalu lelah buat nepatin janji ke Dia.
Mungkin kalian uda tau (dan kadang aku lupa hal ini) jika Tuhan gak pernah ABSEN buat nyatet semua pesanan kita dan memastikan agar semua pesanan itu terkirim secara tepat (inget!! bukan cepat) suatu saat nanti. Gak kayak kita yang selalu mempersalahkan semua keputusan terbaik yang uda Dia pilih buat kita.
Kalian pasti tau tentang ini, kali ini aku juga :) . jika Tuhan gak pernah GENGSI buat menerima maaf dari semua kesalahan berulang yang sudah-sudah. Gak kayak kita yang selalu berdebat tentang kesalahan orang lain kepada kita
itulah TUHAN ku... :D
... aku mengerti sekarang
contoh sederhana : bukan maksut untuk menggurui atau sok tau. ini bicara tentang pendapat ku.
Jika Dosen ikhlas memberi tugas kepadaku....
kenapa aku gak mencoba ikhlas buat menerimanya?? kenapa aku harus mengeluh?
Jika Dosen (lagi-lagi) tak pernah memaki ku ketika mempercayakan segunung tugas itu untukku ...
kenapa aku harus menghujatnya dibelakang ketika dia berlalu dari kelas dan tak buru-buru mengomelinya tadi didepan mejanya? bahkan balik memakinya??
:) kali ini aku tersenyum. ini mudah bagiku. sangat mudah.
ini telah jadi pilihanku. dan ini telah jadi tanggung jawabku.
# ini jauh lebih ringan dari tugas Tuhan selama ini
"kuliah gak ada tugas tak ubahnya dangdut tanpa soneta -Rhomamirama, Ter la lu-" dikutip dari album yang tak pernah dipublikasikan